Rainbow Fish Papua : Kekayaan Endemik Nusantara yang Minim Perhatian


Rainbow Fish Papua
Salah satu potensi ikan hias asli Indonesia yang selama ini masih belum dikembangkan adalah ikan pelangi. Peneliti sekaligus dosen di Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Papua Barat, Kadarusman mengungkapkan, ikan yang populer disebut dengan rainbow fish ini sudah lama sangat populer di Eropa, Amerika, dan Australia. “Orang Eropa yang tidak memiliki rainbow fish malah lebih mencintai ikan ini daripada orang Indonesia,” ungkap akademisi bergelar Doktor ini.

Sayang di rumahnya sendiri, ikan pelangi belum mendapat perhatian lebih, baik dari pembudidaya maupun pemerintah. Sutojo Ardjo, raiser (pusat penampungan) sekaligus eksportir ikan hias di Bekasi mengatakan, rainbow fish pernah menjadi primadona, namun saat ini kurang dilirik pasar lokal. “Mungkin karena kurang ada promosi ikan, jadi di dalam negeri pamornya tidak sehebat ikan hias yang lain seperti ikan botia,” ujarnya.

Dari sisi pengaturan pun, tambah Sutojo, belum ada regulasi yang jelas mengatur ikan ini. Hal ini diamini Kadarusman yang tengah fokus melakukan penelitian tentang ikan air tawar endemik Papua. Menurutnya, pembudidaya ikan saat ini malah banyak yang mengimpor ikan hias dari luar untuk dibudidayakan dan dijual di dalam negeri. Sebaliknya, lanjutnya, ikan-ikan endemik seperti rainbow tidak digarap.

Asli Papua
Kadarusman menjelaskan, biodiversitas ikan bergenus Melanotaenia ini sangat besar yakni mencapai 86 spesies. Ikan ini berpeluang menjadi sumber pendapatan masyarakat. Masalahnya, belum ada data-data penelitian mengenai ikan pelangi.

Lanjut Kadarusman, di dunia rainbow fish bisa ditemukan di Madagaskar, Australia, Papua Nugini, dan di Indonesia yakni di Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Sulawesi. Rainbow fish asal Papua dan Australia dikenal memiliki warna yang indah. Sekitar 50 spesies rainbow fish Papua dan Australia memiliki kesamaan. Persamaan tersebut, disebabkan oleh menyatunya daratan Papua dan Australia dengan sungai-sungai kuno yang membentang dari Darwin ke Merauke pada 20.000 – 30.000 tahun lalu.

Karena alasan di atas, kemudian dilakukan penelitian rainbow fish dalam kerjasama antara Politeknik Kelautan Perikanan Sorong, Institut de Recherche pour le Developpement (IRD) Perancis, serta  Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BBPBIH) Depok. Penelitian ini, kata Kadarusman,  melalui ekspedisi yang menghabiskan biaya yang besar selama beberapa kali sebelum dilakukan analisis di laboratorium dengan pendekatan DNA barcode.

Saat ini telah berhasil mendomestikasi 22 populasi  rainbow fish yang siap untuk dilepastangankan ke masyarakat. “Sebelumnya, hanya ada 2 populasi rainbow yang dibudidayakan. Berkat penelitian ini, sekarang sudah ada 24 rainbow fish yang bisa dibudidayakan,” paparnya.

Sementara dari penemuan, Kadarusman menambahkan, bersama tim peneliti sudah menemukan 15 spesies baru rainbow fish. Kelimabelas spesies tersebut kini sedang dalam proses publikasi. Empat spesies baru yang ditemukan oleh tim multi institusi ini adalah rainbow arguni (M. arguni), rainbow urisa (M. urisa), rainbow veolia (M. veolia), dan rainbow wanoma (M. wanoma).  Keempat spesies tersebut ditemukan di Arguni, Kabupaten Kaimana, Papua Barat.

Dari penelitian yang digarap sejak 2006 sampai 2013 tersebut juga, melalui pendekatan secara genetika molekuler dengan pendekatan morfologi, asal-usul ikan pelangi diketahui berasal dari Papua Indonesia. “Penemuan ini mematahkan teori yang menyebutkan nenek moyang rainbow fish berasal dari Australia,” ungkap Kadarusman semangat.

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Aqua Edisi-29/15 Oct 2014 - 14 Nov 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar